Under the Knife

So many goals deleted like spam, never reached or never started, a life of failures or one of adjustments, shifting gears on shifting sands, detours and roundabouts, back-tracking and full speed…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Menjadi Manusia yang Adaptif

Ada salah satu quotes terkenal dari Ika Natassa yang berbunyi, “toko buku itu bukti nyata bahwa keberagaman selera bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela”. Begitupun dengan manusia, diciptakan dengan bentuk dan sifatnya sendiri. Berbeda-beda. Dan perbedaan itu indah. Perbedaan memberikan warna. Hendaknya kita selalu menghargai perbedaan. Manusia hidup membawa identitasnya masing-masing. Ada identitas yang dibawa sejak lahir, ada identitas yang bisa kita ubah. Berbagai macam identitas ini menimbulkan privilege, dimana orang dengan sifat tertentu akan lebih diuntungkan. Saya yakin, setiap orang memiliki privilegenya masing-masing. Yang harus dipikirkan adalah bagaimana privilege-privilege ini kita gunakan untuk saling berkolaborasi, bukan malah menimbulkan perpecahan. Perpecahan akan menimbulkan masalah yang sangat serius apabila dibiarkan. Ada banyak contoh kejadian di dunia ini yang berakar dari ketidakbisaan menerima perbedaan. Salah satu yang paling terkenal adalah kejadian Hollocaust rezim nazi Jerman pada akhir masa Perang Dunia II (1933–1945), yang merupakan salah satu peristiwa genosida terbesar sepanjang sejarah dan telah memakan korban puluhan juta jiwa.

Manusia dianugerahi akal untuk berpikir. Kemampuan untuk berpikir ini kemudian akan digunakan untuk mengolah berbagai macam informasi yang selanjutnya menghasilkan output berupa emosi. Kita sebagai makhluk sosial pastinya akan banyak berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, kita harus belajar menjadi pendengar yang baik, pendengar yang bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, dan belajar memposisikan diri sebagai orang tersebut Empati harus kita tumbuhkan, jangan hanya mementingkan kepentingan pribadi, coba hargai pendapat dan perspektif orang lain. Dengan memiliki empati, kita akan lebih mudah membangun jembatan untuk berjejaring dan berkolaborasi

Struktur otak, genetik, dan kondisi lingkungan yang berbeda membuat respons emosi yang dihasilkan juga berbeda. Setiap orang memiliki perspektifnya masing-masing.. Ada berbagai macam jenis emosi, yaitu bahagia, kaget, marah, sedih, dll. Masing-masing emosi akan menimbulkan respons yang berbeda. Nah, yang harus kita highlight adalah bagaimana cara mengatur emosi sehingga kita tidak menjadi orang yang mudah terpengaruh oleh fluktuasi kondisi yang ada. Respons emosi ini sangat penting karena akan mempengaruhi bagaimana cara kita berpikir dan bertindak. Emosi membantu kita memberi makna dalam setiap peristiwa yang dialami. Kenangan masa kecil, masa-masa SMA yang menyenangkan, atau liburan bersama keluarga membuat kita dapat menghargai setiap waktu dalam hidup. Emosi juga berperan dalam menganalisis situasi sosial.

Di era digital ini, kita mudah untuk mendapatkan informasi, bahkan terlalu bayak informasi yang kita dapat, atau biasa disebut information overload. Perkembangan digital mengakibatkan banyak orang lebih berani bersuara melalui media sosial namun tidak diiringi dengan tanggung jawab dan tanpa adanya saringan sebelum mempublikasinya. Oleh karena, itu kita harus menjadi manusia cerdas yang dapat memfilter informasi yang masuk, karena tidak semua informasi yang kita dapatkan itu benar adanya. Informasi atau berita bohong dikenal sebagai hoax. Hoax dapat membahayakan dan berakibat fatal, salah satunya menimbulkan perpecahan, menimbulkan keresahan, dan membuat panik. Salah satu hoaks tentang vaksin imunisasi yang cukup viral adalah isu konspirasi penyebaran virus atau penyakit melalui vaksin. Dikabarkan vaksin yang digunakan imunisasi mengandung sel-sel hewan, virus, bakteri, darah, dan nanah. Isu yang tidak benar itu menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap stigma masyarakat Indonesia tentang Imunisasi. Imbasnya masyarakat menjadi ragu bahkan takut untuk memberikan imunisasi pada anak-anak mereka.

Dunia ini berkembang sangat pesat. Ditambah dengan kemajuan teknologi, rasanya semuanya menjadi mungkin untuk terjadi. Oleh karena itu kita harus bisa menghargai keberagaman, mengelola emosi, menumbuhkan empati, dan menyaring informasi supaya kita bisa menjadi pribadi yang adaptif. Kemampuan beradaptasi terhadap fluktuasi kondisi dunia menjadi skill yang sangat bermanfaat, sehingga kita bisa survive dan tidak tenggelam dalam arus digitalisasi.

Add a comment

Related posts:

Looking Forward To Hard Work?

We all have our good days, and our bad ones. Whether it’s because you’re exhausted, worried about something (work or non-work related) or just not in the mood, an unproductive day is a setback we all…

CryptoPerHour.com

CryptoPerHour.com is a micro-job website that offers a unique approach that provides employers with a guarantee that every successfully completed task is paid, while simultaneously guaranteeing that…

Pense

Se fosse retirada de você a complexa personagem que vem sendo elaborada e construída desde a sua tenra infância... O status alcançado, os bens adquiridos, mesmo que herdados, a família constituida…